Santo Fransiskus Xaverius
Seorang Kudus yang terkenal dengan kecerdasan dan misi besarnya di Dunia Bagian Timur, Santo Fransiskus Xaverius. Namanya menjadi besar sebagai seorang Santo yang juga populer digunakan sebagai nama pelindung fasilitas pendidikan Katolik di Sumatera bagian Selatan dari TK hingga SMA, dan mungkin juga di beberapa daerah lainnya di Indonesia.
Santo Fransiskus adalah seorang yang terlahir dari keluarga bangsawan yang kaya raya dan memperoleh pendidikan yang tinggi. Ia juga dikaruniai otak yang cerdas, sehingga ia bisa menyelesaikan pendidikan dengan lancar, dan menyelesaikan pendidikan di Universitas Paris, dan dalam usia 28 tahun ia berhasil menjadi mahaguru.
Dalam perjalanan rohaninya ia sepertinya mengalami pergumulan hidup. Dari kehidupan yang kaya dan terpelajar, ia telah bisa mendapatkan segalanya, namun ada satu hal yang menjadi pikiran dan selalu mengganjal dan sering menusuk hatinya. Walaupun awalnya ia sempat menolak sebuah ungkapan yang sering dilontarkan oleh Ignasius Loyola, seorang mahasiswa sebangsanya, yang juga kelak menjadi seorang santo, yaitu sebuah kalimat atau ungkapan yang mendasar “Apa gunanya manusia mendapatkan seluruh dunia, jika ia harus kehilangan jiwanya?“
Dari situlah awal babak baru bagi Fransiskus Xaverius menjalani proses menuju kehidupan barunya yaitu sebuah panggilan hidup untuk membaktikan diri kepada Tuhan. Bersama dengan Ignatius Loyola, Pierre Favre (Petrus Faber) dan empat orang lainnya, Fransiskus Xaverius mengikat janji di Montmartre dan mendirikan Serikat Yesus (SJ) pada 15 Agustus 1534. Mereka mengucapkan kaul kemiskinan dan kesucian. Dan di situlah 7 (tjuh) orang Jesuit awal mengabdikan hidup mereka demi pertobatan orang tak beriman, dan menjadi penyelamat jiwa.
Misi Serikat Jesuit pada diri Fransiskus Xaverius pun dimulai. Di usia 34 tahun, Fransiskus Xaverius diutus oleh Ignatius Loyola untuk pergi ke Hindia Belanda (saat ini Indonesia) dan wilayah belahan dunia timur lainnya sebagai misionaris. Bertepatan dengan misi itu, Raja Dom Joao III dari Portugal ingin memberikan hadiah-hadiah dan seseorang pelayan yang menyertainya. Namun tawaran tersebut ditolaknya, dengan mengungkapkan bahwa “Cara terbaik bagi seseorang untuk mendapatkan martabat sejati adalah dengan mencuci baju serta memasak makanannya sendiri.”
Perjalanan Fransiskus Xaverius dimulai pada tahun 1541 bersama dua rekannya dari portugis pergi ke daerah Goa sebuah negara bagian India, kemudian menyusuri daerah lainnya seperti India bagian selatan dan Sri Langka.
Perjalanan misinya bukan sampai di situ saja, ia mulai mengunjungi Indonesia bagian tengah dan timur. Di tahun 1545 ia mulai mengunjungi daerah Malaysia, tepatnya di daerah Malaka yang sebenarnya hanya untuk persinggahan mencari kapal untuk menuju Makassar. Fransiskus Xaverius disambut baik oleh warga Malaka, karena perbuatan Fransiskus Xaverius yang disebut “Pandre yang suci’ begitu baik dan ajaib telah diterima oleh warga Malaka sebelum ia datang ke situ.
Di tahun 1546, ia bertolak kembali ke daerah Ambon, Maluku. Ia berkarya di Ambon dan bagian Moro hingga 1646. Selanjutnya ia ke daerah Ternate. Dalam karyanya di Ambon dan Ternate, ia sungguh gemilang menjalani misinya. Ia banyak mempertobatkan orang pribumi, membaptis, mendengarkan pengakuan dosa, mengujungi orang-orang sakit, dan memberikan sakramen-sakramen lainnya, dan tentunya juga dengan Pencerahan dari kotbah-kotbahnya.
Dalam misinya ia pun terus lanjut dengan menyiapkan pengganti-penggantinya, untuk meneruskan karyanya di daerah tersebut. Setelah selesai menyiapkan para penggantinya , Fransiskus Xaverius kembali ke Malaka, Malaysia, dan kemudian bertolak ke Jepang. Fransiskus Xaverius bertolak sampai di Jepang pada 27 Juli 1549, dan mulai berkarya di Kagoshima, pelabuhan utama provinsi Satsuma di Pulau Kyūshū dan di Yamaguchi.
Fransiskus Xaverius memulai perjalannya bertolak ke Tiongkok dan didaratkan di Cina tepatnya di depan Muara Sungai Chukinag di daerah Shangchuan oleh sebuah kapal Portugis pada awal September 1552. Di sana ia berharap bisa masuk dengan perahu yang bisa menyelundupkan ke daratan Cina. Namun belum sempat masuk
ke daratan besar Cina, pada 21 November 1552 Fransiskus Xaverius jatuh sakit. dan sekitar kurang lebih satu bulan kemudian, tepatnya tanggal 3 Desember 1552, Fransiskus Xaverius wafat. Fransiskus Xaverius yang dikenal sebagai salah seorang misionaris besar pada jamannya wafat di usia 46 tahun.
Jenazah Fransiskus Xaverius awalnya dimakamkan di sebuah pantai di Shangchuan. Pada Februari 1553 jenazah beliau yang masih utuh dipindahkan dari pulau itu dan disemayamkan sementara waktu di gedung gereja Santo Paulus di Malaka sampai pada 22 Maret 1553. Jenazah Santo Fransiskus Xaverius direncanakan akan dikembalikan ke tanah misi pertamanya yaitu Goa, India. Pada tanggal 11 Desember 1553, jenazah Fransiskus Xaverius dibawa berlayar menuju ke Goa, dan sampai di Goa pada 15 Maret 1554. Jenazah Fransiskus Xaverius kini di semayamkan di Basilika Bom Jésus di Goa dalam sebuah Peti Perak. Jenazahnya hingga kini masih utuh dan telah memperlihatkan banyak mukjizat yang terjadi.
Salah satu anggota tubuhnya yaitu lengan depan (siku hingga pergelangan) sebelah kanan, yang dulu digunakan Xaverius untuk memberikati dan membaptis orang, dipisahkan oleh Prefektur Jenderal Serikat Yesus Claudio Acquaviva pada tahun 1614 dan kini dipamerkan dalam sebuah relikuarium (tempat penyimpanan relikwi) perak dalam gereja Il Gesù, gereja utama Para Jesuit di Roma. Dengan banyak mukjizat yang terjadi dengan segala pertimbangan yang ada, Fransiskus Xaverius kini dinyatakan sebagai Orang Kudus (Santo), yang mendapatkan kanonisasinya oleh Paus Gregorius XV pada 12 Maret 1622.